Merelakan Mimpi Di Gelapnya Malam
Dikegelapan
malam, di saat dunia tertidur dengan lelap, aku terjaga ditemani dengan sepi,
sembari menatapi langit yang indah dengan bulan dan bintangnya yang berkilauan.
Diriku kembali memikirkan tentang impian yang dulu ku pikir aku bisa meraihnya.
Dulu aku merasa bahwa impian itu terasa nyata dan dekat, seolah-olah hanya
perlu sedikit usaha untuk mewujudkannya. Namun kehidupan memiliki caraya
sendiri untuk menunjukkan padaku bahwa tidak semua yang diingankan dapat diraih
begitu saja. Realita tersebut menamparku dengan keras, menepis anganku, dan
menyadarkanku bahwa impian yang dulu selalu ku dambakan kini terasa begitu jauh
dan rasanya sudah tidak mungkin untuk diraih.
Hati kecilku
mulai bergumam “Apakah aku masih bisa meraih impian yang pernah ku cita-citakan?
Apakah aku harus menerima kenyataan bahwa impian ku sudah sulit untuk digapai?
Apakah aku harus merelakan impian ku ini? Apakah aku harus menukar impianku ini
dengan yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan olehku? Apakah aku bisa
melupakan impian yang pernah ku cita-citakan tanpa adanya penyesalan dan fokus
dengan apa yang tuhan takdirkan untukku?”. Aku mulai menjawab berbagai macam
pertanyaan aneh tersebut, hingga aku menyadari bahwa ada beberapa hal yang
harus direlakan dalam kehidupan ini. Dengan sedikit tetesan air mata yang
perlahan jatuh ke bumi, aku mulai merelakan impian yang dulu aku dambakan. Hati
ku bergumam “Sudahlah kawan, kau harus merelakan impian mu itu”. Dan aku
menjawabnya “Ya, aku akan merelakannya”. Mulai sekarang aku akan fokus pada apa
yang telah tuhan takdirkan untukku tanpa perlu menoleh ke belakang.
Keesokan
harinya, dengan hati yang sedikit lebih tenang, aku memulai hari dengan sebuah harapan
baru, menerima bahwa setiap perjalanan memiliki lika-liku dan titik hentinya
sendiri. Aku percaya bahwa di balik setiap mimpi yang harus direlakan, ada
jalan lain yang menunggu untuk dijelajahi yang akan membawa cahaya baru dalam
kehidupanku.
Komentar
Posting Komentar